Mari takjubi kisah para Shalihin. Pada ilmu & daya ruhani mereka
terkandung cahaya Allah. Maka bahkan ejekannya pun jadi jalan hidayah.
Dicegatnya Ibnu Hajar lalu Yahudi itu bertanya, "Nabimu mengatakan bahwa
dunia adalah penjara bagi orang mukmin & surganya orang kafir (HR
Muslim), benarkah demikian ?", ujarnya.
"Betul, demikianlah sabda beliau SAW", sahut Ibnu Hajar tersenyum.
"Kalau begitu akulah mukmin & kamulah kafir !", hardik si Yahudi.
"Oh", sahut Ibnu Hajar sembari tersenyum lagi, "Mengapa bisa demikian hai Ahli Kitab yang malang ?"
Jawab si Yahudi, "Coba lihat, aku hidup dalam susah dan nestapa sebagai penjual minyak ter, maka aku merasa terpenjara, maka aku mukmin. Sementara kamu, hidup mewah dan megah, maka kamu seperti di surga, sehingga sesuai hadits tadi, kamu adalah orang kafir."
Ibnu Hajar menyimak. Setelah tersenyum lagi, beliau berkata, "Sudikah jika aku jelaskan padamu makna yang benar dari hadits itu duhai cucu Israil ?"
"Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin seperti diriku, sebab segala kemewahan yang kunikmati sekarang, tak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang Allah sediakan untuk kami di surga. Dalam kemewahan ini, kami menanti nikmat yang jauh lebih berlipat. Maka hakikatnya, dunia ini adalah penjara buat kami."
"Sementara kau, di dunia memang payah & menderita, tapi semua nestapamu itu tiada artinya dibanding dengan apa yang Allah sediakan bagimu kelak di neraka. Duniamu yang menyiksa itu, sungguh adalah surga tempatmu masih bisa tersenyum, makan, & minum; menanti siksa abadi kelak di neraka sejati." Yahudi penjual ter itu ternganga.
Lalu dengan mata berkaca-kaca, dia berkata dengan lirih, "Asyhadu anlaa Ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammmadan Rasulallah.."
Segera, tanpa memedulikan pakaiannya yang mungkin terkotori, Ibnu Hajar memeluk si penjual minyak ter yang kini telah berislam.
"Selamat datang ! Selamat datang saudaraku ! Selamat atas hidayah Allah padamu, segala pujian hanya milikNya !" Mereka berangkulan erat.
Hari itu, si penjual minyak ter dibawa Ibnu Hajar ke rumahnya, dididik, & akhirnya menjadi salah seorang muridnya yang utama.
Begitulah kekuatan ilmu & ruhani yang tersambung ke langit suci. Orang Shalih itu mengilhami, bahkan 'ejekan'nya pun, jadi jalan hidayah. :) .
"Betul, demikianlah sabda beliau SAW", sahut Ibnu Hajar tersenyum.
"Kalau begitu akulah mukmin & kamulah kafir !", hardik si Yahudi.
"Oh", sahut Ibnu Hajar sembari tersenyum lagi, "Mengapa bisa demikian hai Ahli Kitab yang malang ?"
Jawab si Yahudi, "Coba lihat, aku hidup dalam susah dan nestapa sebagai penjual minyak ter, maka aku merasa terpenjara, maka aku mukmin. Sementara kamu, hidup mewah dan megah, maka kamu seperti di surga, sehingga sesuai hadits tadi, kamu adalah orang kafir."
Ibnu Hajar menyimak. Setelah tersenyum lagi, beliau berkata, "Sudikah jika aku jelaskan padamu makna yang benar dari hadits itu duhai cucu Israil ?"
"Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin seperti diriku, sebab segala kemewahan yang kunikmati sekarang, tak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang Allah sediakan untuk kami di surga. Dalam kemewahan ini, kami menanti nikmat yang jauh lebih berlipat. Maka hakikatnya, dunia ini adalah penjara buat kami."
"Sementara kau, di dunia memang payah & menderita, tapi semua nestapamu itu tiada artinya dibanding dengan apa yang Allah sediakan bagimu kelak di neraka. Duniamu yang menyiksa itu, sungguh adalah surga tempatmu masih bisa tersenyum, makan, & minum; menanti siksa abadi kelak di neraka sejati." Yahudi penjual ter itu ternganga.
Lalu dengan mata berkaca-kaca, dia berkata dengan lirih, "Asyhadu anlaa Ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammmadan Rasulallah.."
Segera, tanpa memedulikan pakaiannya yang mungkin terkotori, Ibnu Hajar memeluk si penjual minyak ter yang kini telah berislam.
"Selamat datang ! Selamat datang saudaraku ! Selamat atas hidayah Allah padamu, segala pujian hanya milikNya !" Mereka berangkulan erat.
Hari itu, si penjual minyak ter dibawa Ibnu Hajar ke rumahnya, dididik, & akhirnya menjadi salah seorang muridnya yang utama.
Begitulah kekuatan ilmu & ruhani yang tersambung ke langit suci. Orang Shalih itu mengilhami, bahkan 'ejekan'nya pun, jadi jalan hidayah. :) .
By : Salim A. Fillah