Bagi seorang Abu Nawas, membalas perilaku jelek dari musuh malah tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan hal itu hanya akan membuat musuh akan semakin memusuhi dan membenci dirinya. Kegelisahan Abunawas terhadap pengawal raja bermula sejak dia diangkat menjadi penasehat istana. Bukan tanpa apasan, raja mengangkat dirinya karena Abunawas memiliki kecerdikan yang begitu tinggi.
Sejak tinggal di istana kerajaan, Abu Nawas mulai jauh dari keluaarganya yang tinggal di rumah. Hal itu membuatnya seperti terpenjara. Bahkan untuk berkomunikasi dengan istrinya saja ia hanya bisa menanyakan kabar melalui surat. Oleh karena itu, setiap merasa rindu terhadapkeluarga, Abu Nawas pun mengirimkan surat kepada istrinya, begitu pula sebaliknya.
Hanya saja yang membuatnya jengkel yaitu setiap kali surat itu dikirimkan, pasti terlebih dahulu dibaca oleh pengawal raja. Bahkan semua suratnya telah diteruskan kepada raja untuk dibaca. Padahal tak jarang dalam surat itu terdapat tulisa-tulisan yang sifatnya pribadi yang mestinya hanya cukup diketahui oleh yang bersangkutan saja.
Sejak tinggal di istana kerajaan, Abu Nawas mulai jauh dari keluaarganya yang tinggal di rumah. Hal itu membuatnya seperti terpenjara. Bahkan untuk berkomunikasi dengan istrinya saja ia hanya bisa menanyakan kabar melalui surat. Oleh karena itu, setiap merasa rindu terhadapkeluarga, Abu Nawas pun mengirimkan surat kepada istrinya, begitu pula sebaliknya.
Hanya saja yang membuatnya jengkel yaitu setiap kali surat itu dikirimkan, pasti terlebih dahulu dibaca oleh pengawal raja. Bahkan semua suratnya telah diteruskan kepada raja untuk dibaca. Padahal tak jarang dalam surat itu terdapat tulisa-tulisan yang sifatnya pribadi yang mestinya hanya cukup diketahui oleh yang bersangkutan saja.
Setelah sekian lama tinggal di istana, Abu Nawas akhirnya mengetahui kebiasaan negatif dari pengawal raja. Para pengawal raja seringkali melakukan tindakan seenaknya sendiri.
Pada suatu hari, Abu Nawas menerima surat dari istrinya yang mengatakan,
"Suamiku, kapan saatnya kita menanam di kebun kita?" tanya istrinya.
Abu Nawas pun bergegasmembalas surat dari istrinya tersebut.
"Janganlah sekali-kali menanam di kebun, karena di situ aku menyimpan rahasia negara." tulis Abu Nawas di suratnya.
Jawaban Abu Nawas singkat dan sederhana saja.
Jawaban yang singkat dari Abu Nawas itu membuat para pengawal raja terkejut dan bertanya-tanya. Dengan diam-diam, ia munuju kebun Abu Nawas bersama dengan beberapa prajurit istana dan mencangkul seluruh kebun milik Abu Nawas.
Namun apa yang terjadi, para pengawal tidak menemukan apa-apa. Apa yang mereka lakukan itu hanya membuat mereka letih, capek dengan keringat bercucuran yang mengalir di tubuhnya.
Pada keesokan harinya, istri Abu Nawas mengabarkan kejadian di kebun mereka via surat sebagaimana biasanya. Tetap disensor loh oleh pengawal raja yang tadi.
Begini isi suratnya,
"Suamiku, kemarin beberapa prajurit dan pengawal raja datang ke rumah serta menggali setiap sudut di kebun kita," terang isrti Abu Nawas.
Surat balasan dilayangkan,
"Nah, sekarang kebun kita sudah dicangkuli dan kita siap menanaminya," jawab Abu Nawas dalam suratnya.
Istri Abu Nawas kini dapat memulai menanam di kebun tanpa harus bersusah payah mencangkul.
Sementara itu, surat balasan itu sempat dibaca olkeh pengawal raja dan raja sendiri. Raja merasa kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh pengawalnya. Raja menilai bahwa para pengawalnya tak bisa memberikan berita yang akurat. Dan akibatnya, raja memberhentikan mereka sebagai pengawal raja.
Keputusan raja tersebut disambut gembira oleh Abu Nawas. Kini, surat-surat yang ia kirimkan ke istrinya, maupun surat-surat istri untuk dirinya, aman terkendali, tak pernah dibaca lagi oleh pengawal raja.